Hello, it’s me!

An extrovert grown up girl from a small city into a big world. I like things that relate to books, beauty, travel, and technologies. I share you here about my experiences, reviews, and self improvement. Enjoy my blog!
Inas

What Read Next

TREN

Pinterest

Waktu aku kelas sembilan, seorang guru Matematika, kami panggil Pak Miko, sering kali mengingatkan murid-muridnya untuk beribadah, khususnya sholat. Sholat wajib lima waktu dan sholat Duha. Pak Miko sering mengajak berdiskusi dengan siswanya sebelum pelajaran dimulai. "Kalian sudah kelas sembilan. Sebentar lagi bakal lulus. Coba jadikan diri kalian itu berbeda dari anak-anak sekolah lain. Pagi sebelum pelajaran dimulai, usahakan sholat Duha. Kalau nggak sempat, Duha-nya nanti saat istirahat, sebelum jajan."

Pak Miko seingatku mengajar di tiga kelas, dan dia pasti berpesan seperti itu ke hampir semua kelas yang pernah diajarnya karena sedikit mulai sedikit, besoknya, beberapa siswa melaksanakan sholat Duha di pagi hari sebelum pelajaran dimulai.

Besoknya, semakin bertambah yang sholat Duha. Baik di pagi hari sebelum pelajaran dimulai maupun di waktu istirahat. Tapi, ada kalanya masjid sekolah mulai sepi dari anak-anak yang sholat Duha. Pak Miko dengan berbaik hati kembali mengingatkan kami dengan kata-kata yang benar-benar memotivasi. "Ayo, rek. Langkah kalian sebentar lagi sudah mau sampai ke garis finish. Jangan lupa Duha-nya. Terus, bagi kalian yang masih males-malesan sholat Duha atau sholat wajib lah minimal, jadikan sholat, jadikan ibadah itu jangan cuma sekadar kewajiban. Jadikan ibadah itu sebagai tren. Tau tren gak?" begitulah kata-katanya. Pak Miko hanya ingin memastikan kami paham apa yang beliau maksud. Kami mengangguk-angguk karena, siapa sih yang gatau maksud dari tren? It's something 'cool' , it's a hit.

"Nah, iya. Jadikan ibadah tuh kaya tren yang harus kalian ikuti. Kalau temen-temen kalian nggak Duha, terus kalian Duha, wuh rek, itu namanya cool. Keren kamu, yang cowok kalo Duha, tambah guanteng, yang cewek, yo tambah ayu." Terus, kami ketawa-ketawa. "Gini loh. Saya sudah bilang, coba jadikan diri kalian itu berbeda dari anak-anak sekolah lain. Kalem gitu loh. Anak lain nggak Duha, saya Duha. Itu keren yang sebenarnya," ucapnya kurang lebih begitu.

***
Kata-kata Pak Miko waktu SMP dulu itu terus aku ingat sampai sekarang. Kalimatnya yang bilang, 

"Jadikan ibadah itu sebagai tren, bukan sekadar kewajiban." Itu ngena banget!

Gini lho. Kadang ada kalanya aku merasa nggak sehebat temen-temenku yang udah punya bisnis laku luar biasa, nggak sehebat temen-temenku yang nilainya bagus-bagus, belajar dikit pelajaran langsung mereka paham. Ada kalanya aku merasa aku hanya butiran remah biskuit Gerry yang manis. Aku cuma remahan, manis-manisnya di temenku :( Lol. Tapi 'kan jadi manusia tidak boleh seperti itu. Tidak boleh memandang rendah diri sendiri maupun orang lain. Terus, aku harus apa? Yang aku lakukan ya aku membuat pembeda dari temen-temenku.

It's fine aku ga pinter-pinter banget di bidang Matematika. Tapi, aku bisa bubuhin embel-embel, "Inas-yang-ngga-pinter-pinter-banget-MTK-tapi-alhamdulillahnya-suka-mengaji." Gitu misal. Atau, gapapa aku ngga bisa begadang sampe Subuh buat belajar kaya orang lain, tapi seengganya ada embel-embel, "Inas-yang-ngga-bisa-begadang-buat-belajar-tapi-eits-tunggu-dulu-Inas-hafal-surah-An-Nas." Iya, iya, ini agak menghibur diri. Gapapalah yaa menghibur diri sendiri.

Menjadikan ibadah sebagai tren bisa menumbuhkan sikap istiqomah (konsisten) dan fastabiqul khairaat (berlomba-lomba melakukan kebaikan) . Misal, kamu terbiasa Duha tiga kali seminggu. Suatu hari, kamu malesss banget buat Duha. Akhirnya, kamu seminggu cuma Duha sekali. Nanti, rasanya bakal ada yang kurang. Perasaan seperti ada yang hilang. Kaya orang yang awalnya hits terus gara-gara ngga ngikutin tren, dia merasa kaya udah ketinggalan zaman. Kaya orang sering main game, saking seringnya main, dia udah dapet leaderboard teratas nih, gara-gara dua hari doang ga main, leaderboard dia jadi turun drastis. 

Atau, misal, kamu udah biasa ngaji sehari satu lembar. Terus, kamu denger temen kamu sehari ngaji bisa sampai dua juz. Itu kan bisa jadi pemacu. Kaya kamu merasa udah keren bawa Mobilio ke kampus, eh ternyata temen kamu lebih keren karena bawa Audi. Biar sama-sama keren gimana? Ikut komunitas mobil bareng-bareng. Sharing gimana temen kamu bisa dapetin Audi padahal masih kuliah. Ibadah juga gitu. Sharing, gimana caranya biar bisa kuat ngaji sehari dua juz. Gimana caranya biar bisa kuat ngafalin Al-Mulk, ngafalin Ar-Rahman.

Beribadah tuh seperti itu. Seperti kehidupan kita yang fun. Fun kalau ngikutin zaman, ngikutin tren, jadi gaul, jadi keren luar biasa. Tapi, bakal yagitudeh kalau nggak ngikutin tren banget.

Iya, iya. Tren dan keren bagi setiap orang berbeda-beda. Ada yang menganggap Instagram dengan feed yang rapih itu keren dan lagi zaman. Tapi, ada juga tipe yang, kalo mau upload foto ya upload aja sih gausah rapi-rapi amat yang penting kan momennya. Tren beribadah juga gitu sih. Ada yang tren kajiannya itu dengerin dan ngikutin kajian Ustad Hanan Attaki biar dia termotivasi untuk tidak menjomblo *eh. Ada yang tren kajiannya dengerin dan ngikutin kajian Ustad Somad karena pembawaannya menggunakan logat daerah jadi bisa ikut kajian sekaligus belajar bahasa Sumatra Barat. Ada juga yang tren kajiannya dengerin dan ngikutin Ustad Khalid Basalamah karena pembawaannya tegas.

Pinterest

Tren
beribadah kembali ke diri kita masing-masing. Mau ngikutin tren yang mana? Nggak mau ngikutin yang manapun, kamu bisa ciptain trenmu sendiri. Contohnya nih, temen aku ada yang ngafalin surah dari juz 30 nanti naik ke juz 29 , dst. karena dia di sekolahnya diajarkan hafalan surah dari juz terakhir dulu. Tapi, ada juga temen aku yang membuat tren muroja'ah sendiri. Temen aku yang satu ini hafalan Quran dari ayat-ayat yang sering dia dengar dari internet atau surah apa yang lagi hits buat dihafalin. Maksudnya? Gini nih, misal dia dengar Wirda Mansur hafal Al-Mulk, dia bakal ngafalin Al-Mulk. Dia baca dari buku kalau Ar-Rahman bisa membuat seseorang pandai berbicara, dia ngafalin surah Ar-Rahman. Dia dengar adiknya yang duduk di kelas tiga SD sudah hafal An-Naba', dia ngikutin hafalan An-Naba'. Apakah trennya jadi masalah? Nggak ada masalah apapun. 

Setiap orang punya caranya masing-masing dalam menetapkan tren beribadah sehingga menjadikan dirinya seseorang yang keren dengan sebenarnya. Mau tau dong, tren ibadah kamu yang seperti apa?

(.68)
*This article was formerly posted in sugarush

Comments

Contact Form

Name

Email *

Message *