Hello, it’s me!

An extrovert grown up girl from a small city into a big world. I like things that relate to books, beauty, travel, and technologies. I share you here about my experiences, reviews, and self improvement. Enjoy my blog!
Inas

What Read Next

Enak Ya, Ngga Main Instagram

  Assalamualaikum
  Tiga minggu terakhir ini, semenjak balik ke Bandung aku udah jarang banget main Instagram. Awalnya sih karena memori HP penuh, jadi harus uninstall aplikasi yang sebenernya ngga lagi begitu dibutuhin. And I chose Instagram. Why?
   Iya, banyak kawula muda zaman now yang demen banget mainin Instagram karena mereka mendapat manfaat dari aplikasi tersebut. Aku juga dulu seneng banget main Instagram. Foto apa aja serasa diri ini fotografer handal bermodalkan HP Android dengan kamera berkekuatan 3 megapiksel (saat itu) dan semakin bertumbuh amunisi piksel HP robot hijau meningkat menjadi 8 MP plus aplikasi filter VSCO yang bikin efek Tumblrish gitu, huft.
   Awalnya emang asik main Instagram. Semakin di-update muncul deh tuh fitur Snapstory, Archieve, terus apalagi yak aku gatau, kan udah nggak ngikutin, hehe. Terakhir tau sih Snapstory bisa di-highlight dan bisa tambahin sticker .gif gitu. Lucu ;3 (GIF sticker dikasih tau temen)
   Asik di awal, namun....waktuku. Waktuku habis buat ngecekin story orang satu-satu. Lama-lama dua, tiga, sampai pernah tuh pas liburan agak panjang aku nontonin story sampai mentok. Parah. No life banget. Apalagi kerjaan cuma nge-like foto, komen, balesin DM, dan udah, gitu aja terus.
   Sampai akhirnya Abi aku pernah bilang begini, "Abi itu ngga sukanya kalau anak Abi suka beli-beli tapi nggak ngehasilin apa-apa. Gitu loh, nggak produktif tapi maunya banyak." Deg! Aku merasa sih walaupun saat itu Abi cuma lagi omong-omongan di sore hari (atau pagi ya, atau malam. Lupa)
  Akhirnya aku mencoba introspeksi. Mulai dari karya apa yang sudah aku buat selama setahun ini. Pencapaian apa yang sudah aku raih selama setahun ini. Dan banyak lagi. Hasil introspeksi saat itu membuatku sadar, karya yang kuhasilkan menurun. Aku jarang menulis, jarang Do It Yourself, yah atau apa kek gitu, pokoknya menurun aja, kurang produktif.
   Setelah ditelusuri, salah satu penyebabnya ya...Instagram. Yang dulunya aku bisa produktif di Instagram, upload foto-foto --yang menurutku-- berkualitas, sekarang nggak. Nggak tahu, mungkin karena bidangku di fotografi sudah mulai pupus atau tumpul, jadinya ketika buka Instagram ya sekedar seliwar-seliwer di Timeline, Story, atau on-line shop. Dulu saat SMP, aku jualan lewat Instagram, menghasilkan uang untuk tambahan uang jajan. Sekarang? Begitu-begitu aja? Malu sama akun sebelah.
   Terus, Instagram itu juga kadang bisa memunculkan anxiety yang sebelumnya ngga ada menjadi ada, bahkan memperbesar anxiety yang ada. Ini aku sih pernah merasakan, tapi bukan anxiety yang parah banget. Alhamdulillah, anxiety itu hilang. Aku atasi dengan melakukan interaksi sosial secara langsung dengan teman-teman terdekat, bersosialisasi dengan orang-orang baru, dan banyak-banyak nonton video motivation speech di Youtube. 
   Selain itu, alasan aku menghapus Instagram adalah aku ngga mau berubah menjadi seseorang yang bukan aku. Kan banyak tuh style-style baru di Instagram, entah itu make-up, hijab, pergaulan, gaya hidup, dan cabang-cabangnya mulai bermacam-macam. Kadang banyak gitu lho posting yang menurut aku ngga benar, namun banyak ditiru generasi masa kini. Memang, itu semua piliha masing-masing orang, dan ya ini pilihanku. Aku ngga mau berubah hanya karena ingin menjadi seperti seseorang yang ada di Instagram. I create my own path, my own fashion, my own style. Ada sebagian following-ku di Instagram yang gimana yah... sebenernya dia lebih cocok dengan style-nya yang dulu, yang ngga ikut-ikutan apa yang lagi populer di Instagram. Tapi dia memilih untuk berdandan seperti itu, dan itu malah membuatnya aneh. Entah ini termasuk menghakimi atau engga, tapi aku tahu kalian juga pernah ngerasain dan memperhatikan hal yang sama.
   Satu hal yang bikin malas main Instagram yaa akun-akun gosip. Fungsinya untuk apa sih? Itu aib-aib orang dipost. Kasihan tau... Coba kalian di posisi mereka yang aibnya kalian sebar. Bagaimana perasaan kalian ketika ada masalah pribadi dan ada segerombol pihak luar tiba-tiba seenaknya aja judge sana-sini. Kalian siapa mereka sih?
  Di samping hal yang telah disampaikan di atas, aku nggak 100% berhenti main Instagram. Aku masih suka lihat postingan foto teman-temanku lewat Instagram PC, lihat postingan fotografer keren Indonesia, dan akun-akun bermanfaat lain. Hal itu aku lakukan untuk killing time dan mencoba update aja tentang berita yang sedang terjadi. Aku salut dengan mereka-mereka yang bisa menjadi social media influecer khususnya di Instagram. Menjadi seperti mereka itu banyak tantangannya. Dihakimi sana-sini, mau ngomong benar atau salah keseringan dianggap salah, komennya kadang berisi banyak perdebatan, Masya Allah.
   Keuntungan ngga main Instagram saat ini lebih banyak aku dapatkan. Yang biasanya mau mandi ada jeda setengah jam dulu gara-gara ada DM masuk, dan berakhir scrolling Timeline Instagram, sekarang udah engga. Kuota jadi lebih hemat 1GB, jadi sisa uang buat beli kuota bisa dibuat beli pecel lele atau kalau ngga dibuat jalan-jalan ke BEC. Pribadi menjadi lebih percaya diri. Tontonan ngga lagi kehidupan orang lain yang di depan kamera tersenyum, namun di belakang kamera manyun. Atau layar hitam ada tulisan sekecil upil. Tapi seru juga sih kalau ada yang upload story lagi bareng temen-temennya, aku jadi keinget teman-teman main saat SMP-SMA. Yeah...life goes on, untung ngga main Instagram.
  Overall, nggak sepenuhnya aku berhenti main Instagram. Aku cuma lagi NGGAK MAIN INSTAGRAM, dan ternyata ENAK. Lain waktu aku ingin merapihkan feeds dan nggak asal upload aja. Segitu aja dulu, wassalam.

Comments

  1. Wah sayang sekali harus berhenti dari instagram. padahal manfaatnya banyak banget...

    ReplyDelete
  2. enak enak gimana gitu, susah min,....

    ReplyDelete

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *