Hello, it’s me!

An extrovert grown up girl from a small city into a big world. I like things that relate to books, beauty, travel, and technologies. I share you here about my experiences, reviews, and self improvement. Enjoy my blog!
Inas

What Read Next

Menikmati Pemandangan Kawah Wurung dan Kalipait, Kawah Ijen

Kawah Wurung

Masih di sekitar Kota Bondowoso, kali ini aku mau share pengalaman saat ke area Kawah Ijen, lebih tepatnya Kawah Wurung dan Kalipait. Walau berjarak agak jauh, sekitar 9-10KM, kedua tempat ini bisa ditempuh dalam satu hari menggunakan motor.

Seperti biasa, aku dan Ayu berangkat pagi dari pusat kota Bondowoso —yang bisa dibilang agak siang sekitar jam setengah 8. Sebetulnya di tahun 2016 aku sudah pernah ke Kalipait tapi belum pernah ke Kawah Wurung. Ayu sudah pernah ke keduanya dan menyarankan untuk ke Kawah Wurung terlebih dulu. 

Aku ingat, dulu aku digonceng temanku, Along, menuju Kalipait. Jalannya berkelok-kelok bikin aku takut. Entah karena di tahun itu aku masih kurang pengalaman atau memang kebetulan jalanan lagi ramai banyak truk wara-wiri, bisa dibilang wajar jika merasa takut.

Di perjalanan sebelum memasuki arah Kawah Ijen, aku keinget pengalaman itu. Begitu sampai jalan berkelok, ternyata medannya tidak semenakutkan seperti dulu.


⛰️ Kawah Wurung ⛰️

Pemandangan Perbukitan di Kawah Wurung


Walau medannya berkelok dan terdapat beberapa tikungan tajam, jalan menuju Kawang Wurung bisa dibialng sangat mulus. Terkadang jalan menanjak dan menurun tapi menurutku bukan tipe tanjakan dan turunan yang ekstrim (Menurutku tanjakan dan turunan ter-ekstrim yang pernah kulalui ada di Dago, Bandung). Aku dan Ayu juga sempat melalui jalan yang sangat sepi; kanan-kiri hutan, ngga ada satu kendaraan selain yang kita naiki, dan nggak ada manusia yang terlihat. Alhamdulillah bisa dilalui dengan aman.

Sebetulnya kita ingin menikmati kebun selada juga, di mana bunga-bunga kuning dari selada akan indah saat difoto. Namun, saat kita tanya ke penduduk setempat, ternyata bulan Juni 2023 bukan waktunya panen selada, jadi kebunnya masih belum berbunga.

Sekitar jam setengah 11, aku dan Ayu sampai di pintu masuk Kawah Wurung. Kita bayar tiket Rp20.000,- untuk dua orang dan sudah biaya parkir motor. Area parkir motornya agak terbatas, jadi sebisa mungkin kita parkir motor dengan rapih supaya nggak menghalangi motor lain yang mau masuk atau ke luar.

Dari parkiran, sudah terlihat tangga panjang sekali menuju puncak dengan tulisan Kawah Wurung. Pas kita sampai, cuaca udah panas banget dan kita mendaki tangga yang panjang itu sambil panas-panasan. Terdapat ilalang di kanan-kiri tangga dan tersedia beberapa spot foto di tengah ilalang. Ayu memetik beberapa bunga liar untuk dijadiin handbouquet.


Tangga Kawah Wurung


Handbouquet Flowers yang dikumplin Ayu

Aku nggak merasa begitu kelelahan saat mendaki karena sudah mengisi perut sejak pagi. Aku sarankan kalian yang mau ke sini ada baiknya mengisi perut dengan cukup karena selain mendaki tangga, ada banyak jalan yang perlu ditempuh untuk mendapat spot foto bagus.

Begitu sampai di puncak, wah... di sini baru kelihatan pemandangan yang indah; baik di area Kawah Wurung maupun di seberangnya. Meskipun panas terik, banyak pengunjung dari segala usia datang ke sini. Aku salut sama pengunjung yang sudah kakek-nenek dan masih semangat berfoto di Kawah Wurung😊


Selama berfoto, angin menerpa dengan kencang

Hasil foto yang aku ambil mungkin kurang bisa menangkap indahnya pemandangan bukit dan ladang rumput. Tapi, percayalah, pemandangan di Kawah Wurung ini nggak bakal gagal bikin kalian kagum kalau lihat secara langsung.

Panas terik menuju tengah hari ini nggak mengalahkan gradasi warna hijau perbukitan yang terhampar sejauh mata memandang, nggak menghalangi wewangian yang ditimbulkan oleh rumput, dan nggak mengurangi rasa bahagia serta ada kesenangan tersendiri sudah bisa sampai di sini. Lelahnya perjalanan terbayarkan di sini.


Ayu dengan handbouquet-nya


Puas berfoto di bagian puncak, Ayu ngajak turun ke area ladang rumput. Oh ya, kita nggak sempat naik menara karena pada saat itu ada gerombolan laki-laki yang membuat kita kurang nyaman. Perjalanan ke ladang rumput ini cukup menguras energi karena kita jalan kaki cukup jauh dari tempat sebelumnya. Jalannya lumayan berpasir dan kita perlu melalui jalan menurun yang cukup terjal. Jalan yang kami lalui bukan jalan utama yang lurus menuju ke bawah ya.... Namun, ini jalan yang lebih cepat dari jalan utama. Perlu berhati-hati saat melalui jalan ini karena beberapa kali aku sempat tersandung batu.


Padang rumput dari atas


Kaki sudah menginjakkan ladang rumput dan wah... Lagi-lagi tempat ini bikin aku terkesima. Nggak cuma ada rerumputan dan pemandangan perbukitan, aku bisa melihat ada beberapa sapi dan sebatang pohon yang menarik perhatian. Menginjakkan kaki di sini tuh bener-bener refreshing. Ada banyak hal yang bisa dipandang dan dijadikan inspirasi. Rasanya tuh kaya datangin padang rumput yang cuma aku lihat di TV. Aku merasa hadir di momen-momen ini dan nggak mau mikirin tempat lain. 


What we bring



Nice place to go!

Pohon di tengah padang rumput



Berfoto di padang rumput

Sekumpulan sapi



Kita bisa mendekat ke sapi



Hati-Hati Ada Ranjau!


Aku dan Ayu agak lama menikmati momen di padang rumput. Agak siang, kami bersiap melanjutkan perjalanan ke Kalipait. Jalur turun dari Kawah Wurung bisa melalui jalan masuk yang tadi kami lewati, tapi kami memilih jalan lurus dan berbelok ke kiri. Jalur yang kami pilih ini kurang nyaman; berupa tanah, kanan-kirinya pepohonan, tidak seramai jalur masuk, dan terkadang ada motor yang lewat.



Jalur keluar


Sebelum melanjutkan ke Kalipait, kami makan noodle cup yang dijual di warung sekitar. Harganya masih dibilang wajar, tidak terlalu up price tapi tidak sesuai harga di minimarket biasa juga —mungkin selisih dua ribu lebih mahal. Setelah perut terisi, kita pun melanjutkan perjalanan.


🌳Kalipait🌳

Kalipait


Perjalanan ke Kalipait cukup mulus, minim tanjakan, dan cukup membutuhkan waktu yang singkat. Jalanannya masih sepi tapi ngga kaya pas mau ke Kawah Wurung. Ada beberapa mobil dan motor yang lewat.

Di sepanjang jalan dekat Kalipait, kita bisa lihat aliran-aliran sungai berwarna hijau. Warnanya mirip sirup yang biasa buat takjil waktu bulan puasa 😆


Pemandangan sungai 'hijau' di pinggir jalan


Kalipait ini tempatnya agak ketutup pepohonan. Tapi, bisa kelihatan karena ada pagar dan ada beberapa motor parkir serta pengunjung yang keluar-masuk kelihatan dari jalanan. Buat masuk ke tempat ini free. Nggak perlu bayar tiket masuk ataupun parkir. Cuma harus aware ya ketika parkir kendaraan, karena parkirnya itu di pinggir jalan dan nggak kelihatan kalau kita udah masuk ke Kalipait.

By the way, di tahun 2016, aku ke sini di jam 4 sore. Kali ini aku dan Ayu sampai lebih awal di jam 2 siang. Cuacanya nggak sedingin dulu di jam 4 sore, tapi cenderung sejuk ke panas kalau naik ke atas gundukan batu.

Di sini tuh suasananya peaceful. Kita bisa denger suara air gemericik dan lihat aliran air yang berwarna hijau karena mengandung belerang. Oh ya, dulu waktu pertama kali ke sini, aku ngerasa bau belerangnya nyenget banget. Tapi, kali ini nggak. Kaya oh ya bau belerang ya, tapi nggak se-menyengat itu. Air belerangnya jangan sampai kena kulit, takutnya gatal-gatal. Tanganku sempat kena sedikit percikan tapi aman-aman aja, nggak gatal atau memerah. Kalau bisa jangan sampai kena, ya, untuk menghindarkan hal-hal yang nggak diinginkan.

Aku dan Ayu langsung foto-foto. Banyak spot untuk foto, kaya di pepohonannya, bikin efek kaya lagi di hutan. Terus, ada batu-batu juga yang bisa dinaikin. Menurutku nggak susah buat naik ke puncak batu, tapi harus super hati-hati biar ngga tergelincir. Ketika di puncak batu, aduh, kerasa banget teriknya. Tapi, pemandangannya jadi lebih bagus karena kita bisa lihat keseluruhan pemandangan yang di bawah.



Pemandangan dari puncak batu










Air berwarna hijau

***

Setelah puas mengambil banyak foto, kita pulang di sekitar jam 4. Kita pulang hujan-hujanan dari Sukosari. But it's still okay. Aku bisa bilang, pengalaman kali ini sangat sangat rekomen karena suasananya bikin kita tenang, being present, dan bisa melupakan hal-hal selain enjoyment. So, ingat-ingat yaa guys. Kalau kalian lagi ke Bondowoso dan punya waktu kosong cukup banyak (2-3hari), bisa mampir ke Kawah Wurung dan Kalipait 😉

See you in another destination! 👋

Comments

Contact Form

Name

Email *

Message *